Senin, 28 Juli 2008

Kembali ke TPA Artha Wildan


Semenjak akhir April kemarin, Wisam tidak lagi kutitipkan ke TPA karena sudah ada pengasuh di rumah. Lagipula aku ingin melihat perkembangannya di rumah tanpa situasi TPA sama sekali. Walaupun menurutku TPA sudah cukup bagus fasilitasnya, tapi ayahnya ingin mencoba mengurangi paparan AC buat Wisam untuk melihat pengaruh pengurangan itu terhadap asma yang diderita Wisam.
Memang akhir-akhir ini Wisam sudah jarang sekali kambuh kecuali kalau dia terus menerus batuk. Kupikir itu juga karena pemaikan seretide yang rutin dipakai dua kali sehari. Selain itu, Wisam juga terasa berat kalau digendong dan memang pas timbang di posyandu tgl 20 Juli kemarin beratnya menjadi 9,6 kg…Hoooraaay… sebelumnya timbangannya ga pernah lebih dari 9 kg, selalu saja antara 8,3 sampai 8,6 kg. Kan sebagai ibu aku jadi ngerasa ngenes karena segala daya upaya ga membuahkan hasil. Belum lagi komentar ayahnya, yang walaupun sudah punya anak tiga tapi tetep aja ga mau ngerti. Komentarnya dari anak pertama sampai ketiga selalu saja menuntut untuk lebih gemuk lagi dan lagi dan lagi…(apa ayah ga belajar dari pengalaman ya?)
Nah..selama tiga bulan di rumah, Wisam jarang bergaul karena ga ada anak kecil seumuran dia di sekitar rumah. Kerjaannya cuman ngejar-ngejar kelinci dan mainan truk sendiri. Makanya mulai hari ini kubawa ke TPA lagi selama seminggu dan rencananya sebulan sekali bakal kutitipin ke TPA selama seminggu biar tetep gaul.
Taaappiiiii..karena sudah 3 bulan ga pernah ke TPA, dia jadi seperti anak baru yang belum kenal sama sekali dengan TPA, jadi malu-malu dan takut disapa orang-orang yang semuanya antusias menyambut Wisam. Karena jam 9 aku ada rapat maka segera saja Wisam kutinggal, lagipula dia juga diam saja ketika di gendong Bu Ita. Kupikir dia sudah bisa tune in. Ternyata, jam sebelas aku telepon, Bu Latifah cerita kalau Wisam nangis terus dari pagi sampai terisak-isak dan suaranya serak. Saat kutelepon dia sudah cukup anteng walau diam-diam masih terisak-isak. Selesai rapat segera kutengok dan Wisam sedang makan siang. Ketika dia melihatku langsung saja mulutnya mewek dan airmatanya berurai. Seakan-akan mengadu, dia langsung minta gendong dan ga mau lepas lagi. Untung saja dia mau diajak bebersih sama Bu Ratih sehingga bisa kutinggal lagi.
Tadi pas habis nganterin kaka-kakaknya, kulihat Wisam masih tidur dengan posisi andalannya… nungging…
Baca selengkapnya......

Selasa, 22 Juli 2008

Asma

Empat bulan lalu ketika Wisam batuk, kedengaran sekali kalau nafasnya berbunyi. Karena kau asma maka bisa kupastikan kalau Wisam juga asma. Alergi emang iya, karena pas nyoba telur badannya langsung merah-merah.
Akhirnya dua bulan lalu ke dokter spesialis paru dan pernafasan dan dokter memastikan kalau Wisam benar-benar kena asma. Untuk perawatan dokter meresepkan seretide dengan baby haler karena tentu saja Wisam belum bisa pakai obat semprot sendiri.
Mahal juga harganya, seretide+baby haler total 500 ribu. Padahal pengen beli nebulizer, daripada keseringan fisioterapi kan mending beli sendiri alatnya. Tapi karena baby haler aja udah mahal ya kahirnya ga jadi beli nebulizer.
Yang jelas sekarang ini Wisam jarang batuk dan nafasnya ga bunyi-bunyi. Tapi Seretide tetap diberikan terus 2x sehari.
Baca selengkapnya......