Selasa, 26 Agustus 2008

Dokter Spesialis Anak Bidang Paru dan Pernafasan

Wuih....DSA yang udah ambil spesialisasi biasanya kok agak...agak...apa ya menyebutnya... kalau di bilang arogan ya ga gitu amat..tapi yang jelas ga komunikatif blas..padahal sebagai ortu yang ingin tau secara detil permasalahan anaknya kan kita pengen semua pertanyaan kita dijawab dengan komunikatif..ga ada kesan underestimate gitu...

Waktu itu kami pilih Harapan Kita karena udah terkenal fokus di bidang anak. Pilih yg spesialisasi Paru Pernapasan agar masalah Wisam lebih tertangani secara komprehensif. Kalau akhirnya pilih dr. Noorlaila karena kami butuh secepatnya dan Senin itu jadwalnya beliau. Tapi beliau kurang komunikatif makanya kami pilih ganti dokter. CS nyaranin dr. Edi Widodo makanya senin kemarin ayah sendiri yang ngantar ke dokter karena bunda ada nego. Hasilnya ternyata ga beda ama dr. Noorlaila.

Apa karena merasa senior ya makanya njawabnya seperlunya (capek nanggepin pertanyaan yang sama dari 100 orang yang beda). Jadi ayah cerita kalau dengan dr. edi pun tanggapannya ya ga komunikatif. Jadinya malah ga bisa langsung tes mantoux tapi batuknya harus disembuhin dulu. Ketika ditanya bagaimana jika minggu depan masih batuk apakah tetap tidak bisa tes, jawabannya tidak begitu yang penting trek recordnya jelas.

Kalau menurutku sih...seorang dokter ga akan mau melaksanakan treatment lanjutan jika awalnya ga sama dia. jadi harus mulai dari awal untuk setiap dokter. Bunda jadi bertanya-tanya, seandainya kemarin kami tetap dengan dr. Noorlaila apakah tes mantoux sudah bisa dijalani ya..?

Jadi sebaiknya gimana dong? Jika stick ke satu dokter maka seringkali diagnosis jadi ngawur..tapi kalau ganti-ganti dokter maka treatment lanjutan ga bisa-bisa dijalanin...

Gimana ya....cape deh...
Baca selengkapnya......

Senin, 25 Agustus 2008

100% Full Attention for Wisam

Rencananya sih, kami ke Harapan Kita untuk ceck up Wisam dan kalau mungkin tes mantoux sekalian. OK, mestinya dari awal ya...

Ketika dalam perjalanan menuju Harapan Kita, Wisam terlihat ceria dan aktif melihat ke depan dan menunjuk segala hal. Dari keceriaan itu kami teringat perilaku Javas ketika periksa gigi baik hanya dengan ayah atau dengan bunda. Javas terlihat ceria dan komunikatif serta penurut. Makanya keputusan 100% full attention kami tetapkan di mobil saat itu.

Sampai di Harapan Kita pun Wisam terlihat ceria dan mengajak main petak umpet. Sungguh menyenangkan melihat keceriaan Wisam, selama ini dia jadi the only stayed home kid karena kakak-kakaknya selalu ikut bersama. Jadinya dia agak-agak kuper dan pemalu ketika ketemu dengan orang-orang baru.

Tapi pagi itu kami putuskan untuk datang lagi hari senin karena kami ingin berkonsultasi dengan dr Edy Widodo (kata CS-nya disitu, beliau dokter senior dan cukup komunikatif). Sebelumnya Wisam diperiksa oleh dr. Noorlaila dan kami tidak cukup puas dengan cara beliau melayani pertanyaan kami (mungkin karena senior, yang jelas kami kurang puas dan memutuskan ganti dokter).

Hmmmm....sore itu kami merasa cukup puas memberikan Wisam 100% perhatian kami untuk dia

Baca selengkapnya......

Selasa, 12 Agustus 2008

Alhamdulillah...Masih Bukan TB..!!

Kemaren bener-bener hari yang bikin jantungku kebat-kebit. Pas adikku telpon bahwa Wisam di diagnosis flek paru-paru atau TBC, aku langsung browsing cari informasi sana-sini. pas nemu tulisan ini, Hati-Hati Dengan Istilah Flek Paru Pada Anak , hatiku agak tenang.
Setelah baca tulisan itu, kami memutuskan untuk mencari second opinion ke RSAB Harapan Kita. Kami cari DSA yang spesialis Paru dan Pernapasan. Ternyata malah ada Klinik khusus Respirologi dengan 4 ahli bidang paru dan pernapasan. Jadilah kami sore itu dari kantor langsung menuju ke Harapan Kita sedangkan Wisam bersama tante dari rumah naik taksi. Pas kami sampai, tante juga baru saja masuk ke dalam RS.
Dari dulu ayah selalu lebih memilih ke Harapan Kita dengan pertimbangan RS tersebut memang fokus ke anak dan bunda sehingga bisa dipastikan para dokternya kompeten di bidang masing-masing. Kalau bunda agak-agak malez ke situ karena swasta banget (artinya sama mahalnya ama RS swasta) dan pelayanannya ga enak (trauma pas nglahirin Detya disana). Lagipula nunggunya itu yang ga nahanin...mana janji lewat telpon ga ada gunanya. Hannya yang hadir di tempat saja dapat giliran sesuai urutan. Artinya kan kalau mau cepet ya daftar langsung lebih cepet, terus nunggu sampai dokternya datang. BT banget nunggunya..Yang jelas kemaren karena kasusnya sudah seperti itu, maka bunda tahan-tahan nunggunya yang penting ada kejelasan tentang status Wisam.
Dan benar, dr. Noorlaila, sama sekali ga percaya diagnosis itu dan langsung kasih resep untuk batuk pilek dan ada gejala typhus (hasil tes darah terbaru). Dia bilang ga mungkin hanya dengan tes darah dan rontgent bisa diputuskan kalau si anak kena TB. Minimal harus ada tes Mantoux. Agar hasil tes Mantoux tidak bias, maka Wisam harus disembuhkan dulu dari segala jenis sakit. OK..minggu depan setelah obat habis, kami akan datang untuk tes. Mengingat Javas sampai saat ini masih kecil mungil kami putuskan juga dia akan ikut tes Mantoux.
Lega banget deh...lagian dari kemarin siang Wisam sudah ga panas lagi.
Eniwei, pagi ini ngobrol sama Mbak Nora malah dapat cerita bahwa RS Bakti Asih, tempat biasa kami periksa karena dekat dengan rumah, ternyata punya reputasi yang ga bagus. Penanganannya lambat sehingga banyak kasus kematian bahkan hanya untuk DB yang mestinya penanganannya sudah standar. Belum lagi diagnosis dokternya yang ga bener sehingga penyakit utama malah tidak terdeteksi. Wiiiii...ga lagi-lagi deh kesana..
Sebelumnya juga Wisam mesti rawat inap 7 hari disana karena kena ISK (infeksi saluran kencing). Dokternya ga komunikatif, pokoknya harus 7 hari karena antibiotiknya harus suntik langsung 2 x sehari. Obat yang dikasih pun mesti yang paten, padahal pas hari ke-6 bunda baru tau bahwa untuk antibiotik yang sama ada generiknya yang harganya 1/10 dari yang paten.. Giilleee..
Makanya pas Wisam sakit kemaren, diputuskan jangan dokter yang sama dengan waktu itu. Tapi ternyata malah sama saja dan kayaknya lebih parah deh...
Bakti Asih..?..GA LAGI LAGI DEH...
Baca selengkapnya......

Senin, 11 Agustus 2008

Flek paru-paru...?

Sejak rabu minggu lalu, wisam mulai panas. Karena biasa batuk pilek maka rabu itu kubawa ke Puskesmas. Obatnya dikasih racikan puyer termasuk untuk melegakan pernapasannya. Tapi ternyata sampai jumat pagi panasnya ga berkurang, tetap panas tinggi. Akhirnya kuputuskan pagi itu Bunda ga masuk kerja nganter Wisam ke RS Bakti Asih.
Menurut dokter harus periksa darah untuk melihat kemungkinan DB atau Typus, sekalian mesti fisioterapi biar jalan nafasnya lebih longgar dan dahak di tenggorokan bisa keluar. Hasil tes darah, untuk tes Widal negatif semua dan trombosit normal tapi kadar leukosit sangat tinggi, dari yang normal antar 0 - 10 punya Wisam 24,1 cukup besar juga. Dokter memberi obat racikan sebanyak 20 bungkus 3 x 1 bungkus perhari dan Silopect untuk melancarkan dahak.
Namun anehnya panas Wisam masih tetap tinggi, obat penurun panas hanya sementara. Jika sudah habis reaksinya maka dia panas tinggi lagi bisa lebih dari 40 derajat. Sampai senin pagi wisam masih tetap panas sehingga diputuskan untuk konsul lagi ke dokter awal.
Karena Bunda banyak kerjaan maka tante yang nganterin Wisam ke dokter. Harus tes darah lagi dan rontgent sekaligus fisioterapi. Hasil rontgent menurut Dokter berkabut dan dinyatakan ada flek di paru-paru. Pengobatan harus 6 bulan berturut-turut tanpa boleh ada jeda. Jika jeda maka harus mengulang lagi. Kadar leukositnya juga meningkat menjadi 50an.
Wiiiiii...ini kan hal yang sering diomongin temen2ku yang lain. Langsung saja browsing mencari informasi lain dan diputuskan sore ini mau cari second opinion ke RIAB Harapan Kita ke Dokter Spesialis Anak yang khusus menangani paru dan pernapasan.
Semoga ada perkembangan lain...yang jelas hari ini kerja ga bisa fokus sama sekali. Hanya karena ada yang mendesak harus segera dikerjakan aja makanya Bunda bisa sedikit konsen.
Baca selengkapnya......

Kamis, 07 Agustus 2008

Demam...

Kemarin pagi mulai dini hari, Wisam merengek-rengek terus..dan ternyata badannya terasa panas. Akhirnya kuputuskan untuk ga masuk kerja untuk nganter Wisam ke dokter. Pagi tiu sambil nunggu waktu,ternyata panasnya menurun tapi dia sama sekali ga mau makan. Dari bubur, mi, snack,pisang kucoba, dia tetap menolak. Puyeng aku..
Ke dokter ya dibilang batuk pilek dan masuk angin dikasih obat dan sampai tadi malam, dia masih muntah sedikit dan karena ga ada makanan yang masuk maka muntahannya cuma susu.
Pagi ini sebelum berangkat, kubuatkan dia crepe sekalian untuk bekal kakak-kakanya..tapi tetap saja dia ga mau nyoba. juga kutinggali jus tomat, pisang panggang dan selusin pesan buat pengasuhnya untuk mencoba segala-sesuai termasuk membuatkan tajin...yang penting ada asupan makanan biarpun sedikit..
Benar-benar puyeng aku mikirin Wisam yang ga mau makan. Belum lagi tuntutan Ayah untuk mencoba segala sesuatu bahkan saat tadi malam jam 12-an ngasih obat, Ayah mendesak untuk memberi vitamin...ah..Ayah...kenapa selalu menuntut dan menuntut saja..kenapa ga dilakukan sendiri..aku kan juga ngantuk..
Eniwei kujanjikan pagi ini untuk mencoba ngasih vitaminnya. BTW aku lupa mesenin mbak ika untuk ngasih vitamin itu...
Ah..kucoba telpon dulu.. semoga Wisam baik-baik saja dan ini hanyalah sekedar fase ga doyan makan seperti dulu kakak-kakaknya mengalaminya juga..
Baca selengkapnya......